Wednesday, 5 March 2025

Sejarah Puasa dalam Islam

 



Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kita kesempatan untuk berkumpul dalam majelis ilmu ini. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan seluruh umatnya yang setia mengikuti ajaran beliau.

Pada kesempatan kali ini, izinkan saya menyampaikan sedikit tentang sejarah puasa dalam Islam. Puasa merupakan salah satu ibadah yang memiliki akar sejarah yang panjang, bahkan sebelum diwajibkan kepada umat Islam.

1. Puasa Sebelum Islam

Puasa bukanlah ibadah yang baru diperkenalkan dalam Islam. Sejak zaman dahulu, puasa telah dipraktikkan oleh umat-umat sebelumnya. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)

Ayat ini menunjukkan bahwa puasa telah menjadi ibadah yang diwajibkan kepada umat-umat terdahulu, seperti Nabi Daud, Nabi Musa, dan Nabi Isa. Bahkan, dalam tradisi Yahudi dan Nasrani, puasa juga dikenal sebagai bentuk ibadah untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.

2. Puasa dalam Islam

Puasa Ramadhan diwajibkan kepada umat Islam pada tahun kedua Hijriyah, setelah Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah. Sebelumnya, umat Islam telah melaksanakan puasa Asyura (10 Muharram) sebagai bentuk syukur atas keselamatan Nabi Musa dari kejaran Fir’aun. Namun, setelah turunnya ayat tentang kewajiban puasa Ramadhan, puasa Asyura menjadi sunnah.

Allah SWT berfirman:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ

“Bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa.” (QS. Al-Baqarah: 185)

Puasa Ramadhan menjadi salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim yang telah baligh, berakal, dan mampu. Ibadah ini tidak hanya menahan diri dari makan, minum, dan hal-hal yang membatalkan puasa, tetapi juga melatih kesabaran, keikhlasan, dan meningkatkan ketakwaan.

3. Hikmah Sejarah Puasa

Sejarah puasa dalam Islam dan praktiknya oleh umat-umat terdahulu mengandung banyak hikmah dan pelajaran yang mendalam. Berikut adalah penjelasan lebih detail tentang hikmah sejarah puasa:


1. Puasa sebagai Ibadah Universal

Puasa telah dipraktikkan oleh berbagai umat sebelum Islam, seperti umat Nabi Daud, Nabi Musa, dan Nabi Isa. Hal ini menunjukkan bahwa puasa adalah ibadah yang universal, tidak terbatas pada satu umat atau zaman saja. Ini mengajarkan kita bahwa puasa memiliki nilai spiritual yang tinggi dan diakui oleh berbagai agama sebagai sarana mendekatkan diri kepada Tuhan.

Hikmahnya adalah bahwa puasa bukan hanya milik umat Islam, tetapi juga menjadi ajaran yang menghubungkan kita dengan tradisi spiritual umat manusia secara luas. Ini mengajarkan kita untuk menghormati dan memahami nilai-nilai ibadah yang ada dalam agama lain.


2. Puasa sebagai Bentuk Ketaatan dan Ketakwaan

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)

Ayat ini menunjukkan bahwa tujuan utama puasa adalah untuk mencapai ketakwaan. Takwa adalah keadaan di mana seseorang senantiasa merasa diawasi oleh Allah SWT, sehingga ia menjaga diri dari segala perbuatan dosa dan maksiat.

Hikmahnya adalah bahwa puasa melatih kita untuk mengendalikan hawa nafsu, baik nafsu makan, minum, maupun nafsu negatif lainnya seperti marah, dengki, dan sombong. Dengan puasa, kita belajar untuk menjadi pribadi yang lebih disiplin, sabar, dan bertanggung jawab.


3. Puasa sebagai Sarana Penyucian Jiwa

Puasa tidak hanya menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga dari perbuatan sia-sia, perkataan kotor, dan pikiran negatif. Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan buruk, maka Allah tidak butuh terhadap ia meninggalkan makan dan minumnya.” (HR. Bukhari)

Hikmahnya adalah bahwa puasa membersihkan jiwa dari sifat-sifat buruk dan mendekatkan kita kepada Allah SWT. Puasa mengajarkan kita untuk lebih peka terhadap dosa-dosa kecil yang sering diabaikan, seperti ghibah, fitnah, atau ujaran kebencian.


4. Puasa sebagai Pengingat akan Nikmat Allah

Ketika berpuasa, kita merasakan lapar dan dahaga, yang mengingatkan kita pada nikmat Allah SWT yang sering kita lupakan. Nikmat makanan, minuman, dan kesehatan adalah karunia yang tak ternilai harganya. Dengan merasakan lapar, kita menjadi lebih bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan.

Hikmahnya adalah bahwa puasa mengajarkan kita untuk tidak serakah dan selalu bersyukur. Kita juga diajak untuk berempati kepada mereka yang kurang beruntung, seperti fakir miskin yang sering kelaparan.


5. Puasa sebagai Latihan Kesabaran

Puasa melatih kita untuk sabar dalam menghadapi ujian dan godaan. Menahan diri dari makan, minum, dan hal-hal yang membatalkan puasa membutuhkan kesabaran yang tinggi. Rasulullah SAW bersabda:

الصَّوْمُ نِصْفُ الصَّبْرِ

“Puasa adalah separuh dari kesabaran.” (HR. Tirmidzi)

Hikmahnya adalah bahwa kesabaran yang dilatih selama puasa akan membentuk karakter kita menjadi lebih kuat dan tahan ujian. Kesabaran ini tidak hanya bermanfaat dalam ibadah, tetapi juga dalam menghadapi masalah kehidupan sehari-hari.


6. Puasa sebagai Sarana Pengampunan Dosa

Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan dengan penuh iman dan mengharap pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hikmahnya adalah bahwa puasa menjadi kesempatan emas untuk membersihkan diri dari dosa-dosa dan memulai hidup baru yang lebih baik. Ini mengajarkan kita bahwa Allah SWT Maha Pengampun dan selalu membuka pintu taubat bagi hamba-Nya.


7. Puasa sebagai Momentum Perubahan Diri

Sejarah puasa menunjukkan bahwa ibadah ini selalu menjadi momentum untuk perubahan diri. Misalnya, setelah puasa Ramadhan, umat Islam diharapkan menjadi pribadi yang lebih baik, baik secara spiritual maupun sosial.

Hikmahnya adalah bahwa puasa tidak hanya berakhir saat berbuka, tetapi harus membawa dampak positif dalam kehidupan sehari-hari. Puasa mengajarkan kita untuk lebih peduli terhadap sesama, meningkatkan ibadah, dan menjaga akhlak mulia.


8. Puasa sebagai Ajaran Solidaritas Sosial

Puasa mengajarkan kita untuk merasakan penderitaan orang lain, terutama mereka yang hidup dalam kemiskinan dan kelaparan. Dengan berpuasa, kita diajak untuk lebih peduli dan membantu sesama.

Hikmahnya adalah bahwa puasa tidak hanya bersifat individual, tetapi juga memiliki dimensi sosial. Zakat fitrah yang dibayarkan di akhir Ramadhan adalah salah satu bentuk solidaritas sosial yang diajarkan dalam Islam.


Penutup

Marilah kita mengambil hikmah dari sejarah puasa ini. Puasa adalah ibadah yang penuh berkah, yang telah dipraktikkan oleh umat-umat terdahulu dan diwajibkan kepada kita sebagai bentuk ketaatan kepada Allah SWT. Semoga kita dapat menjalankan puasa dengan penuh keikhlasan dan mendapatkan keberkahan serta ampunan dari-Nya.

Akhiru kalam, subhanakallahumma wabihamdika asyhadu alla ilaha illa anta astaghfiruka wa atubu ilaik.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Semoga kultum singkat ini bermanfaat dan menginspirasi kita untuk lebih semangat dalam menjalankan ibadah puasa. Aamiin.

Tuesday, 12 December 2023

Mengenal Matahari

Mengenal  apa itu Matahari


Matahari kita adalah bintang yang terletak di pusat tata surya kita. Ini adalah besar, bola gas panas berputar serta memiliki reaksi nuklir yang menyala dan memberikan kita dengan panasnya pada Bumi. Besarnya matahari mutlak (panas hakikinya) adalah +4,83. Jenis bintang adalah G (bintang yang menyerap garis logam yang kuat dalam spektrum). Orang-orang Yunani menyebut Matahari "Helios", sedangkan orang  Romawi menyebutnya "Sol."


Berapa jauh jarak Matahari?

Matahari merupakan Planet Orbital Diagram dengan Label aphelion (titik terjauh di orbit) dan perihelion (titik terdekat di orbit) dari planet di orbit. Matahari kita merupakan sebuah bintang kuning yang berukuran sedang, berjarak  93.026.724 mil (149.680.000 km atau 1 Unit Astronomi) dari Bumi. Bumi paling dekat dengan Matahari  sekitar 2 Januari setiap tahun (91.400.000 mil = 147.100.000 km) ini disebut perihelion, sedangkan jarak terjauh dari Matahari adalah sekitar 2 Juli setiap tahun (94.800.000 mil = 152.600.000 km) ini disebut aphelion.



Suhu Matahari

Inti Matahari bisa mencapai 10-22,5 juts ° F. Suhu permukaan sekitar 9.900 ° F (5.500 ° C). Atmosfir luar Matahari (yang dapat kita lihat selama gerhana matahari) akan sangat panas lagi, hingga 1,5-2 juta derajat. Di pusat bintik matahari besar suhu dapat serendah 7300 ° F (4300 K, 4000 ° C). Suhu Matahari ditentukan dengan mengukur berapa banyak energi (baik panas dan cahaya) yang dipancarkan.


Susunan Matahri

Matahari terdiri dari sekitar 2 x 1.030 kilogram gas. Hal ini terdiri dari sekitar 75% hidrogen dan 25% helium. Sekitar 0,1% adalah logam (terbuat dari hidrogen melalui fusi nuklir). Rasio ini berubah dari waktu ke waktu (sangat lambat), sebagai reaksi nuklir berkelanjutan, mengubah atom yang lebih kecil ke yang lebih besar. Sejak Matahari terbentuk,  4,5 miliar tahun yang lalu, sudah digunakan sekitar setengah dari pasokan hidrogen awal.

Matahari adalah bintang generasi kedua atau ketiga. Bintang generasi kedua tidak hanya membakar hidrogen, mereka juga membakar elemen yang lebih berat, seperti helium dan logam (unsur yang lebih berat daripada hidrogen dan helium), dan terbentuk dari ledakan supernova (sisa reruntuhan ledakan populasi bintang II).

Unsur helium dinamai setelah Matahari (disebut "Helios" dalam bahasa Yunani) karena pertama kali ditemukan pada Matahari Helium berlimpah pada Matahari tapi jarang di Bumi. Unsur helium ditemukan oleh Jules Janssen selama gerhana matahari total tahun 1868 ketika dia mendeteksi sebuah garis baru di spektrum penyerapan matahari; Norman Lockyer mengusulkan nama helium. Komposisi Matahari dipelajari menggunakan spektroskopi di mana cahaya tampak (spektrum) dari Matahari dipelajari.

Produksi Tenaga Nuklir

Di bagian inti Matahari, fusi nuklir menghasilkan sejumlah besar energi, melalui proses konversi inti hidrogen menjadi inti helium (fusi nuklir).

Meskipun keluaran tenaga nuklir matahari tidak sepenuhnya konsisten, setiap detik Matahari mengkonversi sekitar 600.000.000 ton inti hidrogen menjadi inti helium. Reaksi fusi ini mengkonversi bagian dari massa atom '(sekitar 4 juta ton) menjadi energi, dan melepaskan sejumlah besar panas ini dan energi cahaya ke dalam tata surya. Dalam reaksi fusi ini, Matahari kehilangan 4 juta ton massa setiap detik. Matahari akan kehabisan bahan bakar di sekitar 5 miliar (5000000000) tahun. Ketika ini terjadi, Matahari akan meledak menjadi nebula planet, shell raksasa gas yang akan menghancurkan planet-planet di tata surya (termasuk Bumi).

Usia Matahari

Matahari terbentuk 4,5 miliar tahun yang lalu, sebagai sistem surya dari awan gas dan debu yang bersatu.

Studi tentang Matahari

Para astronom mempelajari Matahari menggunakan instrumen khusus. Para ilmuwan menganalisis bagaimana dan mengapa jumlah cahaya dari Matahari bervariasi dari waktu ke waktu, efek cahaya matahari pada iklim bumi, garis spektrum, medan magnet Matahari, angin surya, dan banyak fenomena surya lain. Daerah-daerah luar matahari (korona) yang dipelajari selama gerhana matahari.

PERNAH MELIHAT LANGSUNG DI MATAHARI! Melihat matahari dapat membutakan Anda atau menyebabkan katarak.

EKSPLORASI SOLAR

Ulysses pesawat ruang angkasa, misi gabungan dari European Space Agency (ESA) dan Penerbangan dan Antariksa Nasional (NASA), diluncurkan dari pesawat ulang-alik pada Oktober 1990 untuk mengeksplorasi matahari. Ini telah mempelajari magnet matahari, tonjolan matahari dan coronal mass ejections (mengorbit selama kutub selatan Matahari pada tahun 1994 dan lebih dari kutub utara pada tahun 1995), dan akan menyelesaikan orbit matahari kedua di bulan Desember 2001.

Tuesday, 2 February 2021

Tujuh kota cahaya dan 7 hijab dalam diri Insan

 Tujuh kota Cahaya diri

Dalam diri setiap insan terdapat tujuh kota cahaya,yang ketujuhnya saling bertautan, dimana posisi kota cahaya yang satu berada di dalam kota cahaya yang lain.

Setiap kota cahaya ditutup oleh sebuah benteng melingkar (hijab) yang membatasi satu kota cahaya dengan kota cahaya lainnya. Benteng-benteng kokoh tersebut tersusun rapih bagaikan susunan lingkaran-lingkaran konsentris, dan di depan setiap benteng yang kokoh tersebut terdapat parit yang dalam. 


Kota yang paling luar dari kota-kota cahaya itu adalah al-Fu’aad, kota berikutnya bernama adh-Dhamiir, kemudian al-Ghilaaf, kemudian al-Qolb, kemudian asy-Syaghaaf, kemudian al-Habbah, dan yang ketujuh adalah al-Lubaab/al-Lubb.

Tatanan kota cahaya dapat di gambarkan sebagai berikut :

Kota adh-Dhamiir merupakan pusat dari kota al-Fu’aad,

kota al-Ghilaaf merupakan pusat dari kota adh-Dhamiir,

kota al-Qolb merupakan pusat dari kota al-Ghilaaf,

kota asy-Syaghaaf merupakan pusat dari kota al-Qolb,

kota al-Habbah merupakan pusat dari kota asy-Syaghaaf,

dan kota Al-Lubb merupakan pusat dari kota al-Habbah.

Al-Lubb  merupakan kota yang paling terang cahayanya dan sumber cahaya bagi kota-kota di luarnya, karena itu Al-Lubb merupakan kota yang menyandang gelar an-Nuur (Cahaya).

Pada setiap benteng kota tersebut terdapat sebuah gerbang yang berpintu tertutup, sebagai satu-satunya jalan untuk masuk ke masing-masing kota. Pada setiap pintu tersebut ada kuncinya, dan masing-masing pintu ditutup oleh suatu tirai yang menutupi.

: : : : : : : :

Adapun pintu untuk memasuki kota al-Fu’aad terbuat dari cahaya ar-Rahmaan (Kepemurahan),

pintu untuk memasuki adh-Dhamiir terbuat dari cahaya ar-Ra’afah (Kesantunan),

pintu untuk memasuki al-Ghilaaf terbuat dari cahaya al-Jawwad (Kedermawanan),

pintu untuk memasuki al-Qolb terbuat dari cahaya al-Majd (Kemuliaan),

pintu untuk memasuki asy-Syaghaaf terbuat dari cahaya al-‘Athaa’ (Pemberian),

pintu untuk memasuki al-Habbah terbuat dari cahaya al-Uluhiyyah (Ketuhanan),

dan pintu untuk memasuki al-Lubaab terbuat dari cahaya al-‘Aththaf (Kecenderungan/Belas Kasih).

Dan cahaya al-‘Aththaf berasal dari cahaya al-Qurbah (Kedekatan),

cahaya al-Qurbah berasal dari cahaya asy-Syafaqoh (Kerinduan),

cahaya asy-Syafaqoh berasal dari cahaya al-Iraadah (Kehendak),

cahaya al-Iraadah berasal dari cahaya iraadatul-Iraadah (iraadahnya Iraadah), dan ini berasal dari cahaya al-Mahabbah (Kecintaan).

Adapun cahaya al-Mahabbah berasal dari cahaya al-Minnah (Anugrah/Karunia), merupakan karunia-Nya semata bagi hamba yang dikehendaki-Nya.

: : : : : : : :

Tirai penghalang yang menutupi pintu al-Fu’aad adalah al-jamaal (terpesona oleh keindahan),

tirai penghalang pintu adh-Dhamiir adalah al-halaal (segala hal yang dihalalkan),

tirai penghalang pintu al-Ghilaaf adalah as-sulthaan (ambisi kekuasaan),

tirai penghalang pintu al-Qolb adalah al-haibah (kehebatan),

tirai penghalang pintu asy-Syaghaaf adalah al-qudrah (rasa memiliki kuasa/kemampuan),

tirai penutup pintu al-Habbah adalah al-azhimah (kemuliaan atau rasa ingin selalu dimuliakan),

dan tirai penghalang pintu al-Lubaab adalah al-hayaa (rasa malu), adapun al-hayaa berasal dari tirainya Al-Malik (Sang Raja).

: : : : : : : :

Adapun kunci pintu untuk memasuki kota al-Fu’aad adalah al-iqraar (tekad untuk menuju Allah SWT),

kunci pintu masuk adh-Dhamiir adalah at-tauhid (peng-Esa-an Allah SWT),

kunci pintu masuk al-Ghilaaf adalah al-imaan (keimanan kepada Allah SWT),

kunci pintu masuk al-Qolb adalah al-islaam (keberserahdirian kepada Allah SWT),

kunci pintu masuk asy-Syaghaaf adalah al-ikhlash (keihlasan/kemurnian menghendaki Dia semata),

kunci pintu masuk al-Habbah adalah ash-shiddiq (benar dan jujur terhadap diri sendiri),

dan kunci pintu masuk al-Lubaab adalah al-ma’rifah (pengenalan terhadap-Nya).

[]

(Disarikan oleh Zamzam A. J. Tanuwijaya dari Muqadimah kitab “Ghaurur Umuur”, karya Imam Al-Hakim At-Turmudzi (rahimahullah). Semoga membawa manfaat bagi kita semua sebagai bekal memasuki Bulan Ramadhan Mubarak 1431.)