Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah
memberikan kita kesempatan untuk berkumpul dalam majelis ilmu ini. Shalawat dan
salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan
seluruh umatnya yang setia mengikuti ajaran beliau.
Pada kesempatan kali ini, izinkan saya menyampaikan sedikit
tentang sejarah puasa dalam Islam. Puasa merupakan salah satu
ibadah yang memiliki akar sejarah yang panjang, bahkan sebelum diwajibkan
kepada umat Islam.
1. Puasa Sebelum Islam
Puasa bukanlah ibadah yang baru diperkenalkan dalam Islam.
Sejak zaman dahulu, puasa telah dipraktikkan oleh umat-umat sebelumnya. Allah
SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ
كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu
berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)
Ayat ini menunjukkan bahwa puasa telah menjadi ibadah yang
diwajibkan kepada umat-umat terdahulu, seperti Nabi Daud, Nabi Musa, dan Nabi
Isa. Bahkan, dalam tradisi Yahudi dan Nasrani, puasa juga dikenal sebagai
bentuk ibadah untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.
2. Puasa dalam Islam
Puasa Ramadhan diwajibkan kepada umat Islam pada tahun kedua
Hijriyah, setelah Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah. Sebelumnya, umat Islam
telah melaksanakan puasa Asyura (10 Muharram) sebagai bentuk syukur atas
keselamatan Nabi Musa dari kejaran Fir’aun. Namun, setelah turunnya ayat
tentang kewajiban puasa Ramadhan, puasa Asyura menjadi sunnah.
Allah SWT berfirman:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ
وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ
“Bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan
Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai
petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan batil). Karena itu, barangsiapa
di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah
ia berpuasa.” (QS. Al-Baqarah: 185)
Puasa Ramadhan menjadi salah satu rukun Islam yang wajib
dilaksanakan oleh setiap muslim yang telah baligh, berakal, dan mampu. Ibadah
ini tidak hanya menahan diri dari makan, minum, dan hal-hal yang membatalkan
puasa, tetapi juga melatih kesabaran, keikhlasan, dan meningkatkan ketakwaan.
3. Hikmah Sejarah Puasa
Sejarah puasa dalam Islam dan praktiknya oleh umat-umat
terdahulu mengandung banyak hikmah dan pelajaran yang mendalam. Berikut adalah
penjelasan lebih detail tentang hikmah sejarah puasa:
1. Puasa sebagai Ibadah Universal
Puasa telah dipraktikkan oleh berbagai umat sebelum Islam,
seperti umat Nabi Daud, Nabi Musa, dan Nabi Isa. Hal ini menunjukkan bahwa
puasa adalah ibadah yang universal, tidak terbatas pada satu umat atau zaman
saja. Ini mengajarkan kita bahwa puasa memiliki nilai spiritual yang tinggi dan
diakui oleh berbagai agama sebagai sarana mendekatkan diri kepada Tuhan.
Hikmahnya adalah bahwa puasa bukan hanya milik umat Islam,
tetapi juga menjadi ajaran yang menghubungkan kita dengan tradisi spiritual
umat manusia secara luas. Ini mengajarkan kita untuk menghormati dan memahami
nilai-nilai ibadah yang ada dalam agama lain.
2. Puasa sebagai Bentuk Ketaatan dan Ketakwaan
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ
كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu
berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)
Ayat ini menunjukkan bahwa tujuan utama puasa adalah untuk
mencapai ketakwaan. Takwa adalah keadaan di mana seseorang senantiasa merasa
diawasi oleh Allah SWT, sehingga ia menjaga diri dari segala perbuatan dosa dan
maksiat.
Hikmahnya adalah bahwa puasa melatih kita untuk
mengendalikan hawa nafsu, baik nafsu makan, minum, maupun nafsu negatif lainnya
seperti marah, dengki, dan sombong. Dengan puasa, kita belajar untuk menjadi
pribadi yang lebih disiplin, sabar, dan bertanggung jawab.
3. Puasa sebagai Sarana Penyucian Jiwa
Puasa tidak hanya menahan diri dari makan dan minum, tetapi
juga dari perbuatan sia-sia, perkataan kotor, dan pikiran negatif. Rasulullah
SAW bersabda:
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ
لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan
perbuatan buruk, maka Allah tidak butuh terhadap ia meninggalkan makan dan
minumnya.” (HR. Bukhari)
Hikmahnya adalah bahwa puasa membersihkan jiwa dari
sifat-sifat buruk dan mendekatkan kita kepada Allah SWT. Puasa mengajarkan kita
untuk lebih peka terhadap dosa-dosa kecil yang sering diabaikan, seperti
ghibah, fitnah, atau ujaran kebencian.
4. Puasa sebagai Pengingat akan Nikmat Allah
Ketika berpuasa, kita merasakan lapar dan dahaga, yang
mengingatkan kita pada nikmat Allah SWT yang sering kita lupakan. Nikmat
makanan, minuman, dan kesehatan adalah karunia yang tak ternilai harganya.
Dengan merasakan lapar, kita menjadi lebih bersyukur atas segala nikmat yang
telah diberikan.
Hikmahnya adalah bahwa puasa mengajarkan kita untuk tidak
serakah dan selalu bersyukur. Kita juga diajak untuk berempati kepada mereka
yang kurang beruntung, seperti fakir miskin yang sering kelaparan.
5. Puasa sebagai Latihan Kesabaran
Puasa melatih kita untuk sabar dalam menghadapi ujian dan
godaan. Menahan diri dari makan, minum, dan hal-hal yang membatalkan puasa
membutuhkan kesabaran yang tinggi. Rasulullah SAW bersabda:
الصَّوْمُ نِصْفُ الصَّبْرِ
“Puasa adalah separuh dari kesabaran.” (HR.
Tirmidzi)
Hikmahnya adalah bahwa kesabaran yang dilatih selama puasa
akan membentuk karakter kita menjadi lebih kuat dan tahan ujian. Kesabaran ini
tidak hanya bermanfaat dalam ibadah, tetapi juga dalam menghadapi masalah
kehidupan sehari-hari.
6. Puasa sebagai Sarana Pengampunan Dosa
Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا
تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan dengan penuh iman dan
mengharap pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
Hikmahnya adalah bahwa puasa menjadi kesempatan emas untuk
membersihkan diri dari dosa-dosa dan memulai hidup baru yang lebih baik. Ini
mengajarkan kita bahwa Allah SWT Maha Pengampun dan selalu membuka pintu taubat
bagi hamba-Nya.
7. Puasa sebagai Momentum Perubahan Diri
Sejarah puasa menunjukkan bahwa ibadah ini selalu menjadi
momentum untuk perubahan diri. Misalnya, setelah puasa Ramadhan, umat Islam
diharapkan menjadi pribadi yang lebih baik, baik secara spiritual maupun
sosial.
Hikmahnya adalah bahwa puasa tidak hanya berakhir saat
berbuka, tetapi harus membawa dampak positif dalam kehidupan sehari-hari. Puasa
mengajarkan kita untuk lebih peduli terhadap sesama, meningkatkan ibadah, dan
menjaga akhlak mulia.
8. Puasa sebagai Ajaran Solidaritas Sosial
Puasa mengajarkan kita untuk merasakan penderitaan orang
lain, terutama mereka yang hidup dalam kemiskinan dan kelaparan. Dengan
berpuasa, kita diajak untuk lebih peduli dan membantu sesama.
Hikmahnya adalah bahwa puasa tidak hanya bersifat
individual, tetapi juga memiliki dimensi sosial. Zakat fitrah yang dibayarkan
di akhir Ramadhan adalah salah satu bentuk solidaritas sosial yang diajarkan
dalam Islam.
Penutup
Marilah kita mengambil hikmah dari sejarah puasa ini. Puasa
adalah ibadah yang penuh berkah, yang telah dipraktikkan oleh umat-umat
terdahulu dan diwajibkan kepada kita sebagai bentuk ketaatan kepada Allah SWT.
Semoga kita dapat menjalankan puasa dengan penuh keikhlasan dan mendapatkan
keberkahan serta ampunan dari-Nya.
Akhiru kalam, subhanakallahumma wabihamdika asyhadu alla
ilaha illa anta astaghfiruka wa atubu ilaik.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Semoga kultum singkat ini bermanfaat dan menginspirasi kita
untuk lebih semangat dalam menjalankan ibadah puasa. Aamiin.
0 comments:
Post a Comment